17 Januari 2009

Menikah


Saya, perempuan, 23 tahun,
kalau saya ditanya apakah ingin menikah? Tentu saya iya. Ini pertanyaan retoris yang tak perlu ditanyakan pada saya yang umurnya sudah hampir seperempat abad. Apalagi, sekarang makin banyak saja orang yang membuat bahan candaaan itu kepada saya setiap kali ada kumpul keluarga atau setiap saya datang ke acara pernikahan."Wah, habis ini Dewi nih...", "Mbak Dewi kapan nih?" Huh...saya hanya diam, dan tersenyum tanpa ekspresi neutral.

Masuk umur 23 tahun sebulan yang lalu membuat saya menjadi berpikir ulang tentang rencana-rencana ke depan. Tanpa saya sadari makin banyak saja teman-teman saya yang sudah menikah. Padahal, dulu saya berpikir bagaimana mereka dapat menyia-nyiakan masa muda mereka dengan berani memutuskan menikah. Maklum, saya memang dibesarkan di keluarga besar yang urusan pernikahannya benar-benar 'semau gue'. Menunggu yang sreg di hati. Mau umur berapa pun, semuanya dikembalikan ke individu masing-masing. Jadi, maklumlah, kalau saya kemaren-kemaren masih berpikir bahwa tak sebaiknya menikah muda. Apalagi, banyak diantara teman-teman saya yang menikah muda karena dijodohkan, MBA, tapi dengan makin bertambah umur saya, makin banyak juga yang memang menikah karena benar-benar dari pilihannya.

Untuk pilihan pertama, sekarang saya malah berpikir, bahwa jika ada yang mau menjodohkan saya, saya akan terima tawaran nikahnya (Hahaha...sayangnya, tak ada yang mau menjodohkan saya lol). Sementara, pendapat saya tentang menyia-nyiakan masa muda dengan menikah karena kecerobohan dan kesalahan diri sendiri, tak akan terhapus di pilihan kedua. Sementara pilihan ketiga, untunglah saya sudah mantap dengan pacar saya yang sekarang. Namun, sayangnya di jaman yang makin mahal ini, harus mengumpulkan modal banyak untuk menikah. Dan kami, sayangnya lagi, masih belum punya anggaran untuk itu.

Target saya menikah, kalau Tuhan mengijinkan, 25 tahun. Ya, kembali lagi, pada yang saya tulis di atas tadi. Semuanya juga tergantung anggaran pernikahan apakah sudah terpenuhi atau belum. Lebih penting lagi, anggaran untuk hidup setelah acara akad nikah dan resepsi pernikahan berlangsung.

Beberapa kali, saya berdebat panjang dengan teman saya tentang target menikah ini. Seorang sahabat saya, menganggap bahwa harus ada 'kemapanan' dulu untuk menikah. Ada benarnya, menurut saya, karena memang menikah berarti sudah punya keluarga sendiri, yang tentu saja butuh biaya yang tidak sedikit. Tapi, definisi mapan yang seperti apa?

Ah, anggap saya adalah pengagung cinta, karena saya sampai saat ini masih menganggap bahwa cinta adalah dasar saya untuk menikah. Cinta bahkan bisa mengatasi materi. Bagi saya, cinta akan membuat suami saya menjadi bertanggungjawab pada saya dan anak kami. Cinta akan membuat suami saya selalu menempatkan saya dan anak kami adalah pilihan utamanya. Cinta juga yang akan membuat saya dan suami saya tak akan pernah ribut tentang masalah kekurangan materi disana-disini, siapa yang bergaji lebih besar, siapa yang harus bertanggung jawab untuk urusan finansial keluarga. Setidaknya, itulah yang saya tangkap dari hubungan orangtua saya. Oleh karena itulah, memilih calon suami yang sayang dan bertanggung jawab pada keluarganya, ada di bagian utama kriteria suami idaman sayasmile.

Biarlah saya dianggap tidak realistis, karena bagi saya, menikah adalah happines till d'end. Saya tak pernah sekalipun berpikir menikah adalah suatu mimpi buruk, bagi perempuan, khususnya. Saya tak pernah merasa bahwa menikah adalah suatu paksaan bagi pihak perempuan agar bisa tunduk dan menuruti apa kata suaminya. Bagi saya, semua kuncinya adalah pada cinta dan keikhlasan. Tante saya, bersuami sangat posesif. Sering keluarga besar lainnya, membicarakan hal tersebut. "Kasihan ya, tante". Tapi, sayangnya yang dikasihani justru tampak bahagia. Dia bahkan merasa sangat nyaman dan aman dengan keadaan itu.

Menikah, bagi saya, tak berarti adalah keharusan bagi istri untuk melayani suami. Karena bagi saya, cinta akan membuat ada keikhlasan dalam hati untuk melayani suami tanpa dipaksa. Cinta akan membuat saya, istrinya, akan merasa bersalah jika saya tidak membuatkannya sarapan dan secangkir teh hangat di pagi hari, menyiapkan makan saat dia pulang kantor, atau menyiapkan dan menyetrika seragamnya yang akan dipakai esok hari. Dan cinta pula yang akan membuat suami saya mengerti kalau saya sedang kelelahan, dia tak segan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan tak pula mencela masakan saya jika ternyata rasanya tak seenak yang dia inginkan. Itulah mengapa, pria rajin, juga ada dalam kriteria suami idaman saya
redface.


Hmmm...ini hanya sebuah catatan kecil tentang pernikahan dari sudut pandang saya. Berdasarkan pengalaman hidup dan mimpi-mimpi saya. Semoga saya tak salah...

Mungkin ada yang mau berbagi pendapat?

7 komentar on "Menikah"

Anonim mengatakan...

kalo aku udah married tapi lum punya anak, tiap hari minggu aku sama suamiku mau cuci mobil berdua...abis itu bikin sarapan bareng berdua...aaaawwww...

tapi aku rada ngga setuju kalo cinta bisa mengalahkan materi wi'...tergantung orangnya kalee...yang ada hari gini, harta itu sangat sangat menyilaukan.

"d-Wee!" on 17 Januari 2009 pukul 14.55 mengatakan...

@Lia: Ya. Emang tergantung orangnya sih, Lil. Buat aku sih gitu. Bagi aku, cinta yang kuat adalah pondasi kuat pernikahan. Hahaha2...Klasik ya. Dan, cinta bisa bikin masalah2 yang ada di perkawinan bisa teratasi. Sejauh ini, itulah pandanganku.

kosong on 17 Januari 2009 pukul 22.25 mengatakan...

ya ampyun..udah pada mikirin nikah ya...wow aku akan segera 24thn nih..but not yet deh untuk nikah..pengen mah 'banged' tapi kalo siap jawabnya belum..hehe

Anonim mengatakan...

sapa sih yang ga mau menikah, rugi banget deh hehehehehe

klo dah jodoh n merasa siap, why not !

menikah truz punya anak yang lucu-lucu dan menjadi keluarga harmonis.

hidup 1X dan menikah pun 1X seumur hidup :)

SunDhe on 20 Januari 2009 pukul 11.47 mengatakan...

kapan nikah???

jawba ajah! kapan kapan... hehe

LOEN'S Blog on 20 Januari 2009 pukul 17.46 mengatakan...

Ayoo Dewi....,
Buruan menikah.... :-)

Anonim mengatakan...

setuju sekali sama paragraf terakhir

Posting Komentar

 

My PLayGround Copyright 2009 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipietoon | All Image Presented by Online Journal


This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates