Menulis.
Saya selalu menulis ini ketika ada daftar pertanyaan tentang Your Hobby, Hobi:, Hobby:, Apa Hobimu?, dst.
Yang saya ingat, saya mulai senang merangkai kata-kata, ketika di bangku Sekolah Dasar.
Dalam Diary. Menolak nasehat ibu dalam sebuah buku kecil (Oooh, Im sorry, Mom..)
Menulis perasaan dag dig dug saya pada seorang teman laki-laki yang mulai muncul, ketika saya mulai beranjak ABG, hingga kekesalan-kekesalan saya ketika sang pacar tidak datang ngapelin saya, tanggal jadian sampai tanggal putus, SEMUA NYA LENGKAP!!!
Sampai SMA, kegiatan itu masih saja saya lakukan. Hal nggak penting menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis.
Hmm, sepertinya itu fenomena yang sama yang terjadi sekarang ini ya. Facebook, Twitter, Plurk. Doh!
Namanya juga musim lebay (baca tulisan saya yang ini).
Begitu banyak yang (mengaku) hobi nulis, bakat menulis, sehingga sungguh banyak sekali sekarang, novel-novel baru yang diterbitkan. Dari yang orisinil, hingga 'mengekor' tren-tren yang ada. Saya, pernah membeli sebuah novel milik Pencipta Lagu Lokal yang terkenal. Lagu ciptaannya selalu menjadi hits dimana-mana. Dirundung rasa penasaran, maka saya membeli novel karyanya. Tapi, sungguh benar-benar mengecewakan, novel yang berbentuk kumpulan cerpen itu, tak ada satu pun yang menarik!!! Bahkan, lebih bagus cerpen-cerpen yang ada dalam majalah remaja, kalau saya bilang.
Masuk dalam dunia blog, ternyata apa yang dikategorikan dengan menulis, banyak ragamnya.
Curhat. Cari uang. Membagikan ilmu. Berbagi informasi.
Nambah teman. Meningkatkan page rank. Ikutan lomba Blog Favorit.
Berpikir. Kreatif. Atau Copy Paste?
Semuanya adalah sebuah pilihan.
Dan bagi saya menulis tetap menjadi pilihan yang 'melegakan' hati ketika saya ingin mengumpat, bercerita, tapi tak ada yang mengerti bagaimana kondisi saya sebenarnya. Saya kemudian memilih untuk menciptakan dan merangkai kata-kata saya sendiri. Dunia saya. Imajinasi saya. Tak ada satu pun yang tahu, saya menulis kenyataan atau sekedar fiksi belaka kan =p?!
Dan kadangkala, menulis yang paling nyaman adalah ketika mengungkapkan semua yang ada di hati tanpa ada seorang pun yang tahu. Sama seperti dalam diary. Dan ketakutan ketika Diary kita berada di tangan orang lain.
Sama seperti pendapat seseorang yang saya kenal, yang punya sebuah blog, namun ketika saya meminta alamat blog nya, dia menolak
"Blogku bukan untuk konsumsi publik", katanya
"Loh?", aku heran dengan jawabannya.
"Aku cuman ingin menulis. Untuk diriku sendiri."
Saya terpana mendengar jawabannya saat itu. Saya malu!!!
Yup. Kamu benar.
Saya pernah berada dalam golongan orang-orang yang menulis blog, karena membutuhkan komentar orang lain tentang apa yang saya tulis dan berharap mereka membaca, memberikan pendapat, lalu memuji.
Namun, kini saya benar-benar tahu, perasaan dan kerinduan saya terhadap hobi ini sudah memuncak. Saya tak butuh eksistensi (Maka, saya hapus Shoutbox di blog saya!)
Saya hanya ingin menulis. Jujur pada hati saya. Tak ada batas.
Ah, saya rindu kamu!!!